Michael Schumacher
Michael Schumacher
Walaupun pembalap Formula 1 kerjanya hanya duduk di dalam kokpit selama kurun waktu kurang lebih 2 jam tetapi 20 orang pembalap tersebut ternyata termasuk dalam kelompok atlet-atlet terbugar di bumi ini. Walaupun mereka tidak bergerak seperti berlari, lompat, ataupun berenang tapi seorang pembalap Formula 1 sangat dituntut sekali untuk mencapai kekuatan fisik yang sangat prima bahkan lebih dan stamina yang mumpuni untuk bisa bertahan di dalam sebuah mobil dengan kecepatan hingga 350 km/jam.
Saat sekarang untuk mengendarai sebuah mobil Formula 1 moderen seorang pembalap bukan hanya dituntut keahlian alias skillnya saja tapi berbanding lurus dengan kebugaran fisik sang pembalap tersebut karena tanpa kebugaran maksimal tersebut sangat mustahil seorang pembalap F1 mampu bertahan didalam “ruang kerja” sempitnya yang hanya seluas 52 cm X 85 cm dalam kecepatan yang tinggi dan konstan.
Heikki Kovalainen
Lewis Hamilton
Apalagi pada saat pengereman yang sangat keras dan melibas di tikungan cepat dengan system aerodinamis seperti saat sekarang adalah saat-saat dimana pembalap F1 akan mengalami gaya yang paling berat yaitu sebesar 5G. Peristiwa ini sangat berpengaruh kepada seluruh tubuh terlebih-lebih pada bagian leher dan dada.
G-Force adalah sebuah istilah yang jamak dipakai untuk menjelaskan tentang dampak gaya gravitasi bumi yang menimpa seorang pembalap Formula 1, utamanya ketika menempuh tikungan. Konsep G-Force adalah ketika seorang pembalap melintas di tikungan, maka kepalanya akan terlontar keluar dari bentuk busur tikungan itu. Ini disebabkan oleh gaya sentrifugal yang bekerja berkebalikan dengan arah tikungan.
Namun demikian, G-Force juga bekerja pada saat pembalap melintasi trek lurus dengan kecepatan tinggi. Tubuh pembalap akan tertekan ke belakang sebagai akibat dari gaya gravitasi. Umumnya, seorang pembalap F1 mampu menerima gaya G-Force hingga maksimal 4-5 G.
Untuk manusia normal, tekanan (g-force) sebesar itu hampir jadi tidak pernah dialami atau kalaupun pernah mungkin pada saat menaiki roller coster. Tapi sebagai catatan pada saat manusia menaiki roller coster manusia tersebut hanya sebagai passenger (penumpang) dan hanya berlangsung sekian menit saja. Tapi sebagai pembalap F1 tekanan G tersebut harus diterima selama kurang lebih 2 jam dan hebatnya mereka yang mengendarainya.
Catatan penting lainnya adalah pembalap F1 memiliki detak jantung yang lebih cepat dibandingkan atlit-atlit lainnya dengan rata-rata mencapai 170 bpm (beats per minute) hingga puncaknya bisa mencapai 190 bpm. Coba bayangkan dengan manusia normal seperti kita yang hanya berdetak sebanyak 60 bpm?
Fitness
Untuk itu, biasanya pembalap F1 melakukan latihan-latihan kebugaran (fitness) yang sangat serius dan sering setiap harinya dimana konsekuensinya mereka harus siap kapanpun juga untuk selalu berada di “ruang kerja” nya tersebut.
“Memang sangat berbeda dengan olah ragawan lainnya karena kita dilatih untuk tetap konsentrasi selama kurang lebih 2 jam dalam kondisi detak jantung kita sebesar 170 bpm,” terang pembalap Toyota Panasonic Racing Team Timo Glock. “Benar-benar beda sekali. Makanya kita harus selalu tampil bugar sebagai seorang pembalap F1,” tambah Timo.
Tuntutan kebugaran seperti itu hanya akan tercapai apabila dilakukan pelatihan khusus yang terencana. Seperti diungkapkan dokter khusus tim Toyota Riccardo Ceccarelli, “Detak jantung yang sangat tinggi tersebut hanya akan diperoleh melalui latihan aerobic yang ketat. Mereka melakukan jogging, cycling, dan semua latihan yang melibatkan area aerobic. Latihan lanjutannya adalah konsentrasi pada leher. Mereka harus fokus pada bagian leher karena setiap tikungan leher akan menerima beban sebesar 20-25 kg dan tentunya kekuatan pada bagian atas tubuh.”
Tapi ini bukan hanya pada kebugaran fisiknya saja yang penting dalam balap Formula 1. Untuk selamat mengendarai mobil F1 dalam kecepatan 350 km/j juga membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi serta mental yang kuat pula.
“Kemampun otak tersebut layaknya seperi otot yaitu dapat dilatih.” Menurut Dr Ceccarelli, dia menawarkan program pelatihan kepada pembalap Jarno Trulli dan Timo Glock kesempatan untuk tetap berada dalam kondisi prima dengan program komputerisasi. Dia telah mengembangkan program simulasi yang dapat melakukan tes dan pengembangan, waktu reaksi, multi tasking dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
”Kami sudah menggunakan latihan persiapan mental dengan beberapa simulasi tersebut selama beberapa tahun belakangan. Saya dapat melakukannya dirumah atau pada saat race weekend dengan menggunakan komputer. Ini merupakan bagaimana kita menjaga konsentrasi selama balapan dimana sangat sulit karena mobil F1 itu sangat cepat sekali,” menurut Jarno Trulli.
Penelitian banyak menunjukan perbedaan bagaimana pembalap F1 memiliki respon terhadap kondisi ini. Seperti contoh, waktu pembalap bereaksi menekan tombol pada saat start dimulai sebenarnya sama saja dengan waktu reaksi manusia normal tapi sang pembalap untuk melakukan hal tersebut ternyata hanya menggunakan energi yang lebih sedikit dari otaknya.
”Perbedaanya adalah pembalap sangat efisien sekali dalam me-manage kemampuan tersebut sehingga otaknya bekerja dalam kondisi yang sangat ekonomis dibandingkan manusia normal,“ jelas Dr Ceccarelli. ”Berarti pembalap dapat ’bekerja’ lebih lama di dalam kokpit dibandingkan manusia normal dan itu adalah hal penting yang harus kita perhatikan dalam sebuah program pelatihan kebugaran.”
Lebih dasyat lagi pada saat system traction contol dan engine brake dihapuskan tahun ini, setiap pembalap sekarang menghadapi kondisi yang sangat ekstrim pada tubuhnya dimana harus tetap konsentrasi menjaga mobil yang berkekuatan 800 hp.
Dr Ceccarelli menjelaskan, ”Dari seri-seri awal tahun ini dibandingkan tahun lalu, kami melihat detak jantung pembalap bertambah 5 hingga 10 bpm dan saat sekarang pembalap lebih banyak berkeringat artinya pembalap sekarang lebih banyak terlibat dalam situasi berkendara. Dan kami melihatnya ini bukan pada masalah fisik saja dan sisi mentalnya juga yang banyak mengkonsumsi energi.”
Jadi, pertarungan bukan hanya di lintasan saja tapi pertarungan menjadi pembalap yang paling fit tentunya memiliki peranan yang tidak kalah penting juga. Mungkin nantinya bisa dimasukan poin kompetisi buat pembalap yang paling bugar setiap musim dengan cara mengukur poin-poin pentingnya.
[Via http://deniscomm.wordpress.com]
No comments:
Post a Comment